surat cinta

HANYA UNTUK SENYUMMU....

Aku pasti sudah sering menyebut sesuatu tentang hujan, hm... tepatnya gerimis. Aku tidak tahu
bagaimana asal mulanya, tapi ini sebenarnya mungkin sudah lama. Dulu aku tidak pernah sadar
benar, bahwa gerimis bisa menghadirkan pesona seperti itu. Di kamar kost-ku yang kecil dan
pengap itu, depannya ada beranda kecil, dimana aku bisa duduk di depan pintu atau berdiri di
depan jendela kamar menikmati gerimis. Tuhan adalah pencipta yang penuh ide. Dibuatnya
sebuah siang merangkak menjadi senja dengan gerimis, sementara aku bisa duduk dekat
jendela, dengan segelas kopi panas dan jazz ringan di belakang... hm. Bisakah kamu bayangkan
itu? Pada saat seperti itu, aku begitu penuh. Aku duduk diam, bicara dengan gerimis, tentang
banyak hal, semua yang imajinatif atau nyata. Pesannya begitu jelas, Dia susupkan pelahan
selimutnya di sela taburan gerimis, juga bulir-bulir yang merayap. Rasa damai itu merayap
pelahan, mengisi seluruh kamar sampai sudut-sudut hati, sambil menebar bau tanah basah.
Kalau kita pejamkan mata, sambil menghitung semua yang bisa disyukuri, damainya hampir
seperti ketika jam-jam senyap senggang, kita meniti tasbih.
Sejak itu, setiap gerimis selalu membangkitkan kembali suasana ritmis mistis. Aku bisa
membentangkan sayap-sayap mimpiku ke dunia nyata. Aku bisa mengulang lagi pelajaran
mengeja bahasa yang tak punya kata. Hanya melibatkan perasaan, pikiran dan getaran-getaran
purba. Jangan campur adukkan imajinasi dengan prasangka. Kita adalah cermin eksistensi-Nya.
Karena kita adalah dunia.
Pada tiap penggalan perjalanan, seperti itu, aku bisa mengukurnya dengan getaran yang sama
pada waktu yang lain. Seperti ketika hujan malam, dengan segelas besar kopi panas buat kami
bertujuh, di sebuah ruang yang sempit di sebuah sudut Bandung yang lusuh. Aku dan temantemanku
tidur berdesakan. Hanya berdehem-dehem, lalu ketawa kecil. Biasanya karena
menertawakan ketololan kami sendiri. Ada banyak yang bisa diceritakan, aku juga pilih diam.
Cuma ada dingin menggigit, ruang sempit dan mimpi tentang cinta yang sengit....:)
Aku sering tidak mengira bahwa mimpi bisa jadi sesuatu yang begitu kita perhitungkan. Sebut
saja misalnya soal asosiasi bebas itu, :). Lalu orang bisa seperti berhadapan dengan puisi. Jika
sajak hanyalah usaha menafsir gerak daun jatuh, maka membaca sajak, adalah mengeja tafsiran
maknanya. Gerimis adalah sajaknya, dan duduk di depan jendela seperti yang kuceritakan,
adalah caraku membacanya.
Kelak sayang, akan kuceritakan kembali apa yang kubaca dengan caraku. Aku tambahkan
potongan-potongan rinduku di sela-selanya. Seperti isyarat yang selalu kukirimkan. Padamu
sayang, ketika kita jauh seperti ini, kubangunkan bilik yang kuisi dengan kristal-kristal kata. Takakan ada lagi yang kubiarkan terlalu jauh berjalan lalu terjatuh dalam hujan. Hanya untuk
senyummu.
Semoga kita masih bisa terus berdamai dengan waktu.
Kurnia Allah atas senyummu.....

1 Comment:

  1. Unknown said...
    hmmm..... jadi terharu Q....:(

    Bagus...bagus....terus SEMANGADH aja yaw Non.....:-)

Post a Comment




 

Blog Template by Adam Every. Sponsored by Business Web Hosting Reviews